Waspadai Jajanan Anak Di Sekolah

Selamat bertemu lagi dengan Halo Wanita yang kali ini nulis tentang apa saja yang menjadi perhatian kita untuk lebih waspada terhadap jajanan anak di sekolah.
Menurut beberapa info, jajanan anak atau yang dikenal dengan PJAS (Pangan jajanan anak sekolah) sudah banyak ditemukan bahan-bahan berbahaya, seperti yang Halo Wanita kutip dari koran Sindo dot com sbb:

Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) tidak sedikit yang mengandung bahan kimia berbahaya. Demi mengawasi keberadaan PJAS, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggandeng kepala sekolah dan guru seluruh Indonesia, termasuk komunitas sekolah.

Penyalahgunaan bahan berbahaya pada PJAS belakangan ini menunjukkan penurunan meski belum hilang sepenuhnya. Namun, sesuatu yang masih disoroti, yakni masalah higienitas dan sanitasi yang belum banyak mengalami perubahan. Pernyataan ini dikemukakan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya DR Roy Sparingga dalam acara “Seminar Guru Sehatnya Duniaku: Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi” di Gedung Cawang Kencana, Jakarta, beberapa pekan silam.

Dia menuturkan, dalam mengubah kebiasaan higienitas dan sanitasi yang tidak sehat memang bukan perkara mudah, mengingat menyangkut perilaku. “Maka itu, Badan Pengawas Pangan dan Obat berupaya memberdayakan komunitas sekolah, serta menggandeng kepala sekolah dan guru se-Indonesia,” ujar Roy. Dengan demikian diharapkan, sekolah secara mandiri dapat memberdayakan komunitas sekolah guna mengawasi dan menyediakan jajan yang aman, bermutu, dan bergizi melalui keterlibatan Tim Keamanan Pangan Sekolah.

Tugas guru khususnya sekolah dasar, sedianya tidak hanya memberikan pendidikan intelektual, juga memperhatikan kesehatan murid-muridnya, termasuk jajanan yang dijajakan di sekolah. Jika para siswa tidak sehat secara jasmani, intelektual mereka juga tidak akan optimal sesuai harapan.


Sekolah diharapkan melakukan program perbaikan kantin dalam rangka mendukung peningkatan mutu pangan jajanan anak SD, salah satu cara, yaitu dengan memanfaatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Pemerintah daerah juga akan turun tangan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sekolah. Termasuk mengawasi jajanan yang dijual di warung. “Retailwarung harus terdaftar dan menjadi perhatian pemerintah daerah,” kata Roy.

Di samping itu, saat ini Kementerian Kesehatan telah berupaya mencanangkan program pasar sehat yang sudah beroperasi di lima daerah yang tersebar di 16 provinsi. Roy menambahkan, pada tahun 2011, tercatat ada 35% jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat. Angkanya sedikit menurun pada 2012 menjadi 24%. Mengacu pada data BPOM RI 2012, penggunaan formalin pada PJAS mencapai 9%.

Sementara, penggunaan bahan tambahan pangan, seperti pemanis buatan mencapai 20%-24%. Para produsen juga belum memperhatikan kebersihan dan sanitasi saat pembuatan makanan. Karena itu, pangan yang diproduksi berisiko mengandung bakteri Escerichia coli. Selain itu, berdasarkan pantauan BPOM, jajan sekolah tidak sehat paling banyak dijual oleh pedagang keliling yang berjualan di luar area atau pagar sekolah.

Roy mengatakan, pembinaan untuk para pedagang di luar sekolah ini memang cukup sulit. Perlu pendekatan khusus kepada mereka sehingga akhirnya para pedagang ini bersedia menjual jajanan sehat. “Untuk itu, lakukanlah komunikasi dengan mereka. Kalau ingin ikut berkontribusi, mari jual jajanan sehat,” kata Roy.

Sementara itu, dr Rachmat Sentika mengatakan, jajanan anak di sekolah mengandung bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, dan rhodamin. Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya pada jajanan anak ini akan berakibat buruk terhadap kesehatan. “Efeknya memang tidak terlihat dalam jangka pendek, tapi akan muncul dalam jangka panjang. Misalkan saja kerusakan pada ginjal dan gangguan dalam tumbuh kembang anak,” papar dokter spesialis anak ini.

Sebenarnya, ada 5 kunci keamanan pangan untuk anak sekolah, yakni mengenali pangan yang aman dengan cara membeli pangan yang aman, membaca kelengkapan label seperti izin edar, kandungan gizi, dan tanggal kedaluwarsa, menjaga kebersihan serta mencatat mana makanan yang bernutrisi dan yang tidak. Capaian keamanan PJAS terus menunjukkan peningkatan yang bermakna.

PJAS yang memenuhi syarat sebesar 56%–60% pada tahun 2008 hingga 2010 meningkat menjadi 65% pada tahun 2011. Dan, terus bertumbuh mencapai 76% pada 2012. Dampak aksi nasional PJAS sampai akhir tahun anggaran 2012 diperkirakan dapat melindungi sekitar 1,7 juta siswa dari PJAS yang tidak aman, serta 3,4 juta orang tua siswa, 104.000 guru SD, 104.000 pedagang PJAS di sekitar sekolah, dan 31.000 pengelola kantin. Mereka telah mendapat penyuluhan terkait komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) keamanan pangan.

Sejatinya, kita semua harus bersatu padu mengawasi anak-anak kita agar bisa memilih jajanan yang sehat.

Comments

  1. lebih aman bikin makanan di rumah, anak ga perlu bawa uang belanja lagi

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima Kasih Komentar yang Diberikan [No SPAM, No PORN, No JUDI]

Popular posts from this blog

Menu Sahur dan Buka Puasa untuk 30 Hari

Bolu Zebra Cocok Untuk Lebaran

Sisi Negatif Ibu Zaman Now